Sabtu, 14 Maret 2015

Tentang Ajaibnya Sebuah Niat: Kisah "Mbolang" di Arab (Part 2)

Lanjutan dari part 1

Cerita "mbolang" belum berakhir sampai kami tiba di Madinah saja, persoalan selanjutnya adalah kami belum memiliki tempat menginap di kota Madinah Al-Munawwarah itu. Akhirnya sambil menyeret koper masing-masing, kami mulai menjelajah hotel-hotel di sekitar masjid. Hotel di lingkar pertama memiliki harga yang cukup tinggi, kami pun berjalan sedikit ke belakang menyebrang sebuah jalan kecil. Di sanalah kami menemukan hotel dengan harga yang cukup lumayan, namanya Hotel Durrat Al-Andalus, disamping posisinya yang dekat dengan salah satu pintu masjid Nabawi di bagian timur. Setelah memperoleh kamar yang cocok, kami memutuskan untuk beristirahat saja dulu, apalagi baru keesokan harinya aku bisa kembali suci dan beribadah.


Alhamdulillah, keesokan harinya dan hari berikutnya di Madinah sangat menyenangkan. Seperti mimpi, bisa beribadah di salah satu tempat paling penting bagi seluruh muslim di dunia ini. Meskipun, karena tidak bersama rombongan lain, setiap hari kami harus mencari makan sendiri. Ternyata tak banyak juga makanan di sana yang cocok dengan lidah kami. Meski tetap menjadi pengalaman tersendiri juga bisa mencicipi makanan-makanan asing itu. Dari rumah, mama juga telah membawa sebuah kompor listrik kecil, jadi paling tidak kami bisa membuat mie instan dan minuman hangat sendiri setiap waktu. Sayangnya, kami tidak bisa melakukan tour di kota Madinah, mengunjungi tempat-tempat bersejarah di sana, karena tentu saja tak ada yang mengantar kami saat itu. Tapi, pengalaman “mbolang” dari Jeddah hingga Madinah tetap tak tergantikan buatku. :')

Cuma tiga hari, Madinah sudah bisa membuat aku ‘kerasan’ di tempat itu. Tapi, sudah waktunya bagi kami untuk ke Mekkah dan segera melaksanakan ibadah inti umrah. Setelah berkemas, dan melakukan persiapan untuk umrah, kami meninggalkan hotel andalus dan berjalan kaki menuju terminal bus Saptco, tempat yang sama seperti waktu pertama kali tiba di Madinah 3 hari yang lalu. Di sana papa segera membeli tiket untuk ke Mekkah. Bus Saptco tujuan Madinah- Mekkah selalu berhenti di tempat mengambil miqat dari arah Madinah, yaitu Masjid Birr Ali.

Setelah mengambil miqat dan kembali melakukan perjalanan berjam-jam dengan bus, kami tiba di kota suci Mekkah. Ternyata terminal bus Saptco di tempat ini juga terletak tak jauh dari Masjidil Haram, jadi cukup berjalan kaki sebentar, kami sudah bisa menginjakkan kaki di kompleks Masjidil Haram. Akhirnya kami pun bisa bergabung lagi dengan rombongan agen umrah yang sama seperti saat berangkat dari Indonesia, meletakkan barang di hotel yang disediakan tanpa perlu repot mencari hotel lagi, dan kemudian melaksanakan umrah dengan tenang.

Cerita tentang sandal kecil yang hilang...

Ternyata tak hanya niat yang memiliki keajaiban dalam ibadah yang aku jalani saat itu. Kata-kata yang mengandung kesombongan juga bisa berbalik "menyerang". Dari Indonesia, aku bawa sandal berukuran kecil, sedikit lebih kecil dari ukuran kakiku yang sudah kecil, jadinya mirip sandal untuk anak-anak :D. Papa selalu mengingatkan aku buat bawa tas keresek dan membawa masuk sandalku ke dalam Masjid Nabawi. Tapi, suatu kali aku menolak membawa tas keresek, dan berkata, "Sandalku loh kuecil, sapa yang mau ambil, nggak ada yang cukup juga kakinya." Setelah itu, saat ke masjid, aku meletakkan sandal kecilku di salah satu rak sandal masjid dan menghafal betul-betul letaknya. Dan.. setelah selesai sholat, saat akan mengambil kembali sandal kecilku di rak, sandal warna pink itu sudah nggak ada lagi di tempatnya. :((

Akhirnya aku harus berjalan 'nyeker' dari masjid Nbawi menuju hotel, sebelum akhirnya membeli sandal baru di sebuah toko dekat hotel. :(

Cerita-cerita ini membuat aku sadar, kata-kata bukan sekedar ucapan yang keluar dari mulut, tetapi mereka memiliki "kekuatan" khusus, apalagi kalau hubungannya dengan niat. Jadi, 'berpikir baik-baik sebelum berucap' bukan sekedar nasihat usang yang bisa diremehkan. Karena kata-kata bisa berdampak besar, baik positif atau negatif pada diri sendiri ataupun orang lain.

Nulis cerita ini bikin kangen, sangat kangen dengan Mekkah dan Madinah.. Semoga diberi kesempatan untuk kembali mengunjunginya.. :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar