Setelah bertahun-tahun, akhirnya ada keinginan kuat buat ngisi lagi blog tersayang ini. Tapi sekarang ternyata passion nulisnya bukan lagi di kesehatan. Nggak papa lah ya ditulis di sini.. :D
Berapa hari ini lagi banyak mikir tentang "tulus". Bukan, bukan tentang penyanyi yang itu. Tapi soal ketulusan dan bagaimana menghargainya.
Tentang ketulusan..
Dulu aku kira ketulusan itu sesuatu yang paling mudah dihargai oleh orang lain. Ternyata ketulusan nggak semudah orang menghargai penyanyi yang namanya Tulus. Ketulusan pasti diharapkan di setiap hubungan, sekedar berteman pun pasti berharap sebuah pertemanan yang tulus tanpa berharap timbal balik. Murni karena perasaan ingin berbuat sesuatu untuk orang lain dari dalam hati dan dilakukan dengan ikhlas. Bisa didasari empati ataupun rasa cinta, itu definisi tulus yang muncul dipikiranku. Menurut KBBI, ternyata tulus artinya nggak jauh beda;
"sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas:"
Kehadirannya di orang sekitar kita yang seharusnya disyukuri ternyata kadang nggak semudah itu dikenali. Prasangka membuatnya tampak kabur. Bahkan waktu sudah jelas-jelas terlihat, ketulusan juga sering tak diperlakukan semestinya. Karena menghargai ketulusan, nggak semua orang tahu caranya. Dan katanya ketulusan aja nggak cukup, masih perlu yang lain, lain, lainnya juga.
Menghargai ketulusan..
Menghargai ketulusan bukan hal yang mudah buat setiap orang. Tapi kalau coba menyisihkan waktu sebentar dan berpikir tentang orang-orang di sekitar kita, beberapa ketulusan akan bisa kelihatan langsung. Tapi ada juga beberapa ketulusan yang tersembunyi, butuh waktu untuk terlihat atau terasa. Dan ada juga yang namanya ketulusan palsu, kadang susah juga dibedakan dari yang aslinya.
Waktu yang tepat untuk melihat ketulusan (menurut pengalaman pribadi) itu adalah saat sedang jatuh atau berada di bawah. Orang-orang yang tulus akan peduli tanpa di suruh. Tetapi, bisa jadi juga ada yang nggak peduli bukan karena nggak tulus, kebanyakan karena nggak tahu. Tapi momen ini bisa dipakai untuk melihat ketulusan orang tertentu dengan mencoba berbagi rasa dengannya.
Bahagia pasti terasa saat ketulusannya dihargai orang lain. Tapi, jangan sedih juga kalau ketulusan diabaikan. Allah tahu, Allah tahu apa yang dihati hambaNya dan apa yang mereka lakukan. Cukup bermodal yakin, meskipun orang lain tak menghargainya, Allah pasti mencatat ketulusan itu dan memiliki balasan setimpal atasnya. Jadi nggak perlu juga mengharap dihargai, karena bukan tulus namanya kalau mengharapkan sesuatu.
Sebagai pengingat, untuk diri sendiri utamanya:
" Yuk berusaha tulus pada setiap apa yang dilakukan, dan mulai mencoba melihat keberadaannya di sekitar kita, sekaligus berusaha menghargainya."
Karena sejatinya ketulusan dan dihargai ketulusannya masing-masing itu adalah anugerah luar biasa.
"Karena, ketulusan selalu diharapkan, tetapi dia tidak pernah berharap"
***Terima kasih untuk hati-hati yang tulus bersamaku setiap waktu, you're my everything
Selasa, 10 Maret 2015
Sedikit Curahan Hati Tentang si "Tulus"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar