hmm...
ada yang bilang gatot itu mengerikan..
tapi,, benarkah??
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, orang mengenal gatot sebagai makanan orang susah. Jika beras mahal atau sawah mengalami kekeringan, orang desa masih sering mengonsumsi makanan olahan singkong ini. Kita masih bisa menjumpai makanan ini di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah, Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Blitar di Jawa Timur. Bahkan pada saat penjajahan jepang, gatot pernah menjadi makanan pokok orang-orang desa karena sulitnya mendapatkan beras pada saat itu.
Dari tampilannya, gatot memang membuat beberapa orang tidak berselera untuk memakannya karena warnanya yang hitam dan lengket. Gatot sendiri sebenarnya berasal dari gaplek (singkong -Manihot esculenta/Manihot utillisima- yang telah dikupas dan dikeringkan), namun dipilih yang kehitaman. Belum jelas juga mengapa warnanya bisa kehitaman. Beberapa sumber mengatakan, warna tersebut diperoleh dari semacam jamur (kapang) yang tumbuh akibat proses penjemurannya yang sangat lama (sekitar 1 minggu) dan disertai proses menghujan-hujankan atau dapat pula diperoleh dari proses pemeraman dalam wadah tertutup hingga berjamur. Keberadaan jamur pada singkong, menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang membuat pati dalam singkong rusak dan (mungkin) lebih mudah dicerna. (dari kompas, dengan perubahan)
Walaupun makanan ini terlihat ‘ekstrim’, namun sampai saat ini jarang ada laporan terjadinya keracunan. Satu-satunya laporan keracunan yang didapat, keracunan tersebut disebabkan karena pada saat penjemuran gaplek yang akan dijadikan gatot mengalami kontaminasi limbah karena dijemur ditepi sungai. Malah, menurut dosen IBM (ilmu bahan makanan) di kampus (aku lupa siapa.. oh, dosen,, maafkan muridmu.. :D) singkong yang telah dikeringkan (dengan proses yang bersih) lebih aman dikonsumsi dari singkong biasa, karena pada saat pengeringan, racun alami pada singkong ; linamarin dan lotaustralin (jenis racun sianida) akan ikut menguap.
Proses pembuatannya :
Membuat gatot diawali dengan proses merendam gaplek yang kehitaman dalam waktu semalaman. Setelah itu, air rendamannya dibuang dan gaplek hitamnya kemudian dicuci bersih dan dikecil-kecilkan. Karena sudah mengalami perendaman, gaplek jadi mudah untuk dipotong-potong. Proses selanjutnya, gaplek hitam lunak yang sudah dicuil-cuil itu kemudian ditanak, layaknya menanak nasi. Sekitar dua jam kemudian, diangkat dari tungku serta ditata dalam tampah agar cepat dingin. (dari suaramerdeka.com dengan sedikit perubahan)
Kandungan gizi :
Kandungan asam amino atau protein dalam gatot lebih besar daripada pada singkong, karena keberadaan jamur yang memproduksi asam amino dari bahan pati singkong.
Nilai gizi gaplek sendiri sebagai sumber karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras. Setiap 100 gr mengandung 35,3 gram. Namun, kandungan zat lain yang terdapat pada singkong (vitamin dan mineral) relatif lebih kecil daripada beras, terutama setelah pengolahan. Meskipun begitu, singkong dan olahannya memiliki kandungan serat yang lebih tinggi daripada beras. Oleh karena itu perlu diolah menjadi makanan pelengkap dengan cara mengkombinasikan dengan pangan lainnya yang mempunyai nilai gizi lebih tinggi maka akan sangat bermanfaat sebagai bahan pangan. (jurnal bahan pangan 2004, ** gak tau ni jurnal aku dapet dari mana kemaren..>.< )
jadi, apakah gatot mengerikan?
jawabnya tergantung presepsi masing-masing orang,
Tapi bagaimanapun gatot termasuk makanan tradisonal yang unik. Walaupun bentuknya agak ‘mengerikan’ namun makanan jenis ini jika melalui pengolahan yang baik dan bersih akan lebih baik daripada fastfood atau junkfood yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit kardiovaskular dan obesitas.
(**maaf gak ada penjelasan soal rasa… coz aku gak pernah makan gatot..hha..)
-ChiC-
Dari berbagai sumber..
Buat yang sudah kasih aku inspirasi nulis postingan ini..
Makasih banyakk..
Maaf klu kurang lengkap…
Minggu, 29 Maret 2009
Gatot,, Makanan Mengerikan??
Minggu, 22 Maret 2009
All 'bot Lactose Intolerance
Pernah sakit perut abis minum susu??
atau malah langsung diare..
wah.. mungkin itu gejala intoleransi laktosa...
laktosa adalah salah satu jenis karbohidrat atau gula yang terdapat dalam susu sapi atau susu formula yang berbahan dasar susu sapi.
Laktosa termasuk golongan zat gula disakarida (terdiri dari dua molekul gula sederhana atau monosakarida). Gangguan perut karena tidak bisa mencerna susu disebut lactose intolerance (tidak tahan laktosa). Keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya enzim laktase (b-Galaktosidase) dalam sistem pencernaan.
Enzim laktase merupakan enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Dalam sisitem pencernaan, enzim lactase di dalam usus seharusnya bertugas menguraikan laktosa menjadi dua gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa.
Laktosa yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan mempengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya. Di sana gula susu tersebut diubah oleh bakteri usus dalam proses fermentasi tanpa udara (anaerob) menjadi asam-asam organik dan terbentuklah gas-gas karbondioksida, methan dan hidrogen.Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi laktosa. Akibatnya setelah minum susu, perut akan kram, kembung, buang gas, sampai diare.
ada tiga jenis dari kelainan yang juga disebut intoleransi laktosa ini...
jenis pertama pertama diturunkan oleh orangtua melalui mekanisme autosom-resesif (sifat resesif adalah sifat yang tidak muncul pada keturunan langsung atau anak, tapi bisa muncul pada keturunan kedua atau cucu). Bila munculnya sebagai bawaan lahir jelas dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada bayi karena diare apalagi jika parah akan dibarengi dengan hilangnya banyak cairan tubuh. Untung saja gangguan jenis ini sangat jarang ditemui. Bila bayi mengalami gangguan ini harus diberi makanan pengganti yang betul-betul bebas laktosa.
Intoleransi laktosa kategori kedua muncul seiring dengan proses dewasanya seseorang. Selama masa menyusu bayi hanya diberi makan air susu, aktivitas enzim laktasenya relatif tinggi. Aktivitas enzim laktase tersebut akan menurun sesudah bayi disapih. Pada kebanyakan orang, aktivitas enzim laktase dalam selaput lendir usus halus pada masa kanak-kanak (usia 4-6 tahun) menjadi berkurang sampai batas yang sangat rendah, sehingga saat dewasa sulit menerima laktosa dalam jumlah yang cukup banyak. Seringkali penderita kategori ini masih bisa tahan laktosa dalam jumlah sedikit.
Kekurangan enzim laktase katagori ketiga dapat disebabkan oleh penyakit gangguan pada usus halus dan dapat pula timbul akibat operasi lambung atau usus. Tanda-tandanya sama seperti kategori pertama, namun gangguan ini bisa hilang bila penyakit dasarnya berhasil disembuhkan. (www2.kompas.com)
jika tubuh terkena kelainan ini,, sebaiknya hindari susu berlaktosa, atau jika terpaksa minum susu, cari susu yang rendah atau bebas laktosa yang tersedia di pasaran.
Sebagai alternatif, penderita lactose intolerance dapat mengkonsumsi yogurt,, susu kedelai atau susu kental manis. Produk olahan susu seperti keju, atau susu evaporasi juga diperbolehkan..(www.lawavedesign.com)
dan jangan lupa mencari alternatif asupan kalsium dari suber-sumber lain seperti dari buah-buahan dan sayuran..
-ChiC-
dari berbagai sumber..
buat Trias... ni dah tak penuhi requestnya...
sering kesini yap..
makasi banyak inspirasinya.. ^o^
Selasa, 03 Maret 2009
Lemes?? Jangan Makan Roti!!
Roti ternyata gak baik dimakan saat tubuh lagi lemas atau lapar. Kandungan ragi atau Sacharomyces cerevisae yang mem-fermentasi glukosa pada roti bersifat asam sehingga dapat menghambat pencernaaan karbohidrat, sumber energi yang justru dibutuhkan tubuh saat lemas atau lapar. Pada keadaan asam, zat gizi yang tercerna adalah protein, yang tidak langsung menghasilkan energi. Pada saat itu, tubuh justru bertambah lemas, karena pencernaan protein akan membutuhkan energi.
Jadi sebaiknya, jika tubuh sedang lemas atau lapar, sebisa mungkin hindarilah roti. Makanlah nasi atau mie agar karbohidratnya bisa langsung diserap sebagai energi oleh tubuh. Untuk pertolongan pertama bagi orang yang lemas atau pingsan, dapat digunakan minuman-minuman yang mengandung gula seperti teh, air madu, atau air gula karena gula tersebut sederhana dan cepat dicerna tubuh sehingga tubuh cepat mandapat pasokan energi.
dari dr. Arliek Rio Julia,
(kuliah anatomi fisiologi)