Jumat, 09 Oktober 2015

Fall in Love With Cooking



"Spreading love through food"

Jika mengingat bagaimana seorang Chica di masa kecilnya, mungkin tak ada yang mengira, anak tomboy ini akan menjadi seorang gadis yang jatuh cinta dengan kegiatan memasak atau kegiatan-kegiatan khas wanita lainnya. Waktu kecil, saya malah sempat mengalami phobia serbet (lap) dan malas ke dapur, lebih suka main game, main di luar, atau baca buku.

Tetapi semua berubah setelah negara api menyerang... :p Semua berubah setelah jurusan gizi kesehatan menjadi pilihan jurusannya, dan makanan-makanan itu membuatnya jatuh cinta dan ingin memakannya membuatnya sendiri.

Kenapa Masak?

Sebenarnya yang membuat jatuh cinta itu kata bendanya duluan "masakan" atau "makanan." Kesukaan saya pada makanan sempat juga membuat saya merasakan kelebihan berat badan sampai 7kg dari berat badan ideal, karena kesulitan menahan godaan makanan yang beragam dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik. Alhamdulillah, sekarang kesukaaan itu sudah terkontrol dan berat badan kembali di angka ideal sesuai rumus yang biasa dipakai ahli gizi. :D

Dari suka makanannya, lama-lama penasaran juga untuk membuatnya sendiri, apalagi makanan yang dibuat sendiri jauh lebih hemat dan rasanya bisa disesuaikan dengan selera saya dan keluarga. Dan ternyata, memasak punya keasyikan dan tantangan sendiri, tantangannya adalah membuat rasa yang enak dan pas dengan kombinasi pikiran, perasaan, dan pengalaman. Memperkirakan jumlah bumbu atau bahan yang digunakan, mencoba teknik-teknik baru tak pernah membosankan buat saya. Yang paling seru adalah kaitan memasak dengan emosi dan perasaan yang ternyata berhubungan cukup erat.

Saat sedang emosi, marah atau mangkel, memasak bisa jadi tempat pelampiasan yang pas. Pas lagi marah misalnya, aktivitas seperti mengiris-iris dan mengulek-ulek bisa membuat perasaan jadi lebih lega. Tinggal bayangkan saja objek yang ingin diiris atau diulek menjadi orang "itu." Hihihi... v^^
Saat senang pun, memasak adalah salah satu cara berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

Makanan Tanda Cinta

Memberikan makanan aadalah bentuk perhatian, karena manusia toh tak bisa hidup tanpa makan. Jika memberikan saja sudah merupakan bentuk perhatian dan kepedulian, maka membuatnya bisa diartikan lebih dari itu, bukan?

Sudah menjadi salah satu kebahagian manis buatku melihat orang-orang tercinta menikmati hasil "main-main"ku di dapur. Bahkan kritikan pun bukan hal yang aku hindari dari mereka, komentar baik positif ataupun negatif adalah salah satu yang saya tunggu.

Sedikit Bermasalah Dengan Kemanisan

Selama ini, hasil eksperimen saya di dapur bisa dikatakan mendapat penerimaan yang bagus dari orang-orang di sekitar, meskipun umumnya bentuk dan wajahnya tidak terlalu sempurna. Tetpi, selera lidah saya yang lebih menyukai rasa manis beberapa kali membuat masalah pada masakan. Padahal, biasanya masalah yang lebih umum terjadi adalah keasinan, yang selalu dihubungkan dengan keinginan pembuatnya untuk menikah. Lantas jika masakannya kemanisan, kira-kira apa artinya? Mungkin karena pembuatnya ingin berbagi kemanisan yang overload di dalam dirinya. :D *ngasal*


Memasak sudah menjadi salah satu hobby, namun saya masih jauh dari kata ahli. Tapi, insha Allah ingin terus meningkatkan skill di bidang ini. Penulis sebenarnya sudah mulai mencoba-coba beberapa bisnis di bidang makanan dan ingin memperlebar sayapnya. Semoga dalam waktu dekat bisa bercerita beberapa pengalaman mencoba-coba bisnis di dunia makanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar